“Kotak kosong itu tidak menghasilkan pemimpin, tapi ia menyampaikan pesan bahwa masyarakat tidak puas dengan sistem pemilihan yang ada,” jelas Sunarto.
Sunarto turut menambahkan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir akan dampak politik dari keputusan memilih kotak kosong, terutama terkait bantuan sosial.
Ia menekankan bahwa program bantuan pemerintah pusat seperti Program Keluarga Harapan (PKH) tidak akan terpengaruh oleh hasil pemilu atau pilihan politik masyarakat.
“PKH dan bantuan sosial lainnya adalah hak masyarakat yang dijamin oleh pemerintah pusat. Jadi, tidak perlu takut adanya tekanan atau ancaman,” ujarnya untuk menenangkan kekhawatiran warga.
Seruan memilih kotak kosong yang digaungkan oleh GERTAK ini memancing beragam reaksi dari masyarakat.
Bagi sebagian kalangan, memilih kotak kosong adalah langkah yang sah dalam demokrasi untuk menyuarakan aspirasi.
Beberapa warga setempat bahkan menyambut baik ajakan ini sebagai upaya untuk mendorong proses pemilu yang lebih berintegritas dan tidak sekadar menjadi formalitas bagi satu calon yang tak memiliki pesaing.
Bagus Handoko berharap agar ajakan memilih kotak kosong ini menjadi pesan kuat bagi para pemangku kebijakan tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam pemilu yang lebih adil.
Ia mengajak warga untuk menggunakan hak pilih mereka tanpa tekanan dan tetap menjaga independensi dalam pemilihan nanti.
“Kami ingin warga menjaga integritas dalam memilih, menghindari tekanan politik, dan memilih dengan tanggung jawab penuh,” ungkapnya.
Pada akhirnya, Pilkada Brebes 2024 ini menjadi sorotan karena tingginya anggaran yang dikucurkan dan format pemilu yang hanya menghadirkan satu calon.