Portal Pantura, Jakarta – Dalam era digital saat ini, komunikasi melalui aplikasi perpesanan seperti WhatsApp, Telegram, dan lainnya semakin beragam. Pengguna tidak lagi hanya mengandalkan teks untuk merespons pesan, melainkan juga menggunakan berbagai reaksi atau emoji. Salah satu emoji yang kerap digunakan adalah emoji jempol. Emoji ini umumnya diartikan sebagai bentuk persetujuan, konfirmasi, atau dukungan. Namun, ternyata tidak semua kalangan menyukai penggunaan emoji ini, khususnya generasi Z.
Generasi Z, yang mencakup orang-orang yang lahir antara tahun 1990-an hingga awal 2010-an, memiliki pandangan tersendiri mengenai emoji jempol. Bagi mereka, emoji jempol tidak sekadar simbol yang netral atau positif, melainkan bisa dianggap sebagai sesuatu yang negatif atau bahkan tidak sopan dalam konteks tertentu. Beberapa orang yang masuk katagori generasi ini telah mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap penggunaan emoji jempol dalam percakapan digital, menyerukan agar orang berhenti menggunakannya sebagai balasan pesan.
Fenomena ini terlihat jelas dalam sebuah diskusi di Reddit, di mana seorang pengguna mengutarakan rasa tidak sukanya terhadap emoji jempol. Ia lebih menyukai ketika seseorang merespons pesannya dengan reaksi yang lebih jelas seperti “suka” atau membalas dengan kata-kata seperti “terima kasih”. Ungkapan ini mengindikasikan bahwa generasi Z lebih menghargai kejelasan dan kehangatan dalam komunikasi, sesuatu yang mereka rasa tidak tercermin dalam emoji jempol.
Reaksi terhadap emoji jempol ini tidak hanya datang dari satu atau dua individu saja. Dalam diskusi yang sama di Reddit, beberapa pengguna lain juga menyatakan bahwa mereka merasa balasan berupa emoji jempol kurang tepat atau terkesan dingin. Mereka berpendapat bahwa emoji tersebut tidak cukup untuk menyampaikan perasaan atau makna yang lebih dalam, dan kadang-kadang bisa dianggap sebagai balasan yang terlalu singkat atau kurang sopan.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa ketidaksukaan terhadap emoji jempol ini hanyalah soal perbedaan budaya antar generasi. Generasi yang lebih tua, seperti generasi X atau milenial, mungkin melihat emoji jempol sebagai respons yang efisien dan tidak bertele-tele. Sebaliknya, generasi Z yang tumbuh dengan teknologi dan berbagai bentuk komunikasi digital mungkin lebih sensitif terhadap nuansa dan implikasi dari setiap simbol yang digunakan.
Menurut seorang pakar komunikasi digital, perbedaan persepsi terhadap emoji ini sebenarnya mencerminkan perbedaan cara berkomunikasi antar generasi. Generasi Z dikenal lebih ekspresif dan terbiasa dengan format komunikasi yang lebih visual dan penuh warna. Mereka cenderung memilih emoji atau reaksi yang lebih spesifik dan sesuai dengan konteks emosi atau situasi yang sedang dihadapi. Hal ini berbeda dengan generasi sebelumnya yang mungkin lebih menyukai pendekatan komunikasi yang ringkas dan langsung.
Di sisi lain, bagi beberapa orang, emoji jempol tetap menjadi pilihan yang praktis. Mereka melihatnya sebagai cara yang cepat dan mudah untuk menunjukkan dukungan atau persetujuan tanpa harus mengetik kata-kata. Penggunaannya yang sederhana dan universal membuatnya mudah dipahami oleh siapa saja, terlepas dari latar belakang budaya atau usia.
Namun, dengan semakin banyaknya pilihan emoji yang tersedia, kini orang-orang memiliki lebih banyak cara untuk mengekspresikan diri secara lebih akurat. Emoji wajah tersenyum, emoji hati, atau emoji tepuk tangan, misalnya, dapat memberikan nuansa yang lebih hangat atau positif dibandingkan emoji jempol.
Bagi mereka yang ingin memastikan pesan mereka tidak disalahartikan, mungkin ada baiknya mempertimbangkan jenis emoji yang digunakan dalam komunikasi digital. Memilih emoji yang lebih sesuai dengan konteks percakapan bisa membantu menghindari kesalahpahaman dan memastikan bahwa maksud dan perasaan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan.
Jadi, bagaimana pendapat Anda? Apakah Anda termasuk yang masih setia menggunakan emoji jempol, atau Anda lebih memilih menggunakan emoji lain yang lebih ekspresif? Apa pun pilihan Anda, penting untuk diingat bahwa setiap simbol memiliki makna dan interpretasi yang bisa berbeda-beda, tergantung pada siapa yang menerima dan dalam konteks apa emoji itu digunakan.***